Suatu hari pada 1982, sekelompok gajah menyerang pemukiman penduduk transmigran di Air Sugihan, Sumatera Selatan. Mungkin kata tepatnya bukanlah menyerang. Pasalnya, lahan yang dijadikan pemukiman tersebut tadinya adalah habitat gajah.
Air Sugihan juga menjadi jalur perjalanan para gajah menuju pantai timur Sumatera yang menjadi sumber air garam bagi mereka. Praktis, ini bukanlah kesalahan gajah-gajah bila terjadi penyerangan terhadap pemukiman penduduk. Sebab, mereka masih merasa itu adalah tempat tinggalnya.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, diadakanlah Operasi Ganesha, sebuah operasi penggiringan gajah-gajah dari Air Sugihan ke Lebong Hitam, Lampung, yang berjarak sekitar 70 km. Beberapa ahli dari Taman Safari Indonesia ikut terlibat dalam operasi yang mungkin terdengar ‘nekat’ ini. Berkat kerjasama yang cukup baik antar 400 anggota tim gabungan, Operasi Ganesha sukses digelar. Sekitar 232 gajah berhasil dipindahkan ke habitatnya yang baru.
Operasi Ganesha hanya satu dari sekian banyak aksi konservasi gajah Sumatera yang dilakukan Taman Safari Indonesia. Tahun 2000, tim dari Taman Safari Indonesia melakukan penyelamatan gajah Sumatera di Sampit, Kalimantan Tengah. Dua tahun kemudian, seekor anak gajah Sumatera juga berhasil diselamatkan di Riau.
Sepasang gajah Sumatera di Inhutani Semaras, Kotabaru, Kalimantan Selatan diselamatkan pada 2009. Di tahun yang sama pula, Taman Safari Indonesia turut berkontribusi dalam renovasi Pusat Konservasi Gajah Way Kambas, Lampung.
Yang terbaru adalah kontribusi Taman Safari Indonesia dalam pembangunan rumah sakit gajah pertama di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Rumah sakit yang diresmikan pada 2017 lalu ini menjadi satu-satunya rumah sakit khusus gajah di Indonesia, sekaligus yang terbesar di Asia. Taman Safari Indonesia tak akan berhenti berupaya menyelamatkan gajah Sumatera. (fjr)