Menikmati Konservasi di Taman Safari Bogor
By editor
IND  |  Fri - April 12, 2019 3:41 am  |  Article Hits:15374  |  A+ | a-
Angin berhembus perlahan membawa kesejukan yang amat terasa. Padahal, baru sekitar sejam lalu masih terdengar di telinga, hiruk pikuk ibukota Jakarta. Begitu masuk ke kawasan kaki Gunung Gede Pangrango, Bogor, suasana benar-benar berbeda. Bahkan dibandingkan dengan Jalan Raya Puncak, yang hanya berjarak 2 km di depan, suasananya tidaklah sama.

Pantas memang, pepohonan rimbun yang berusia puluhan atau bahkan ratusan tahun menjadi pembedanya. Terlebih lagi, lokasinya yang berada di perbukitan, makin menambah kesejukan suasana. Tiap kali mata ini memandang, yang ada hanyalah dominasi warna hijau dari pepohonan itu.

Sebuah gerbang berbentuk dua gading gajah menyambut tiap kendaraan yang masuk. Kesejukan makin terasa, seiring pepohonan di tepi jalan yang kian rindang. Dari kejauhan, terdengar suara-suara dari balik pepohonan. Sepertinya, suara monyet liar yang telah menjadi penghuni kaki Gunung Gede Pangrango sejak lama. Benar saja, sekelebatan nampak seekor monyet yang tingginya mungkin tak lebih dari setengah meter bergelantungan dari satu dahan ke dahan lainnya. Mereka terlihat bahagia tinggal di antara pepohonan lebat.

Rasanya benar-benar menakjubkan saat melihat langsung satwa liar yang bebas berkeliaran. Selepas melewati gerbang loket, sesuatu yang lebih mengesankan lagi mulai terlihat. Dari dalam kendaraan, nampak beberapa ekor rusa, unta, dan beberapa satwa pemakan tumbuhan lainnya. Fantastis! Kita bisa melihat dari jarak dekat bagaimana tingkah laku satwa-satwa ini. 

Berpindah ke satwa karnivora, kedekatan dengan alam liar makin terasa. Kita seolah-olah berada di habitat asli para satwa di hutan sambil mempelajari kebiasaan mereka. Di sini, kita bisa menyaksikan bagaimana sosok raja hutan yang sebenarnya. Berdiri di atas batuan tinggi, sungguh terlihat keperkasaan singa dalam menguasai wilayah kekuasaannya. Selama pintu dan jendela kendaraan kita tertutup rapat, melihat dari jarak dekat satwa buas ini dipastikan aman.

Selama sekitar 45 menit menyaksikan kehidupan satwa liar, ada sensasi tersendiri yang sepertinya tak mungkin didapat di kebun binatang lain. Aktivitas bertajuk Safari Siang ini benar-benar memperkenalkan alam liar kepada kita, keluarga, dan anak-anak. Kita pun punya pilihan untuk merasakan sensasi bersafari. Selain siang, safari ini juga hadir pada malam hari di hari libur atau akhir pekan.

Di sinilah, secara tidak langsung kita mendapat pengetahuan bagaimana satwa-satwa itu bertahan hidup di habitat aslinya. Habitat yang dari waktu ke waktu terus tergerus oleh ketamakan manusia yang mengatasnamakan pembangunan. Dengan berkunjung ke Taman Safari Indonesia, kita jadi mengerti betapa pentingnya konservasi untuk menjaga keberlangsungan satwa-satwa itu. (fjr)
Top