Sulap Sampah Organik Jadi Maggot, Taman Safari Indonesia Gandeng Greenprosa
bogorpromo  |  Wed - November 23, 2022 9:59 am  |  Article Hits:13131  |  A+ | a-
Penandatanganan MoU pembudidayaan maggot diwakili Aswin Sumampau, Executive Director TSI
Penandatanganan MoU pembudidayaan maggot diwakili Aswin Sumampau, Executive Director TSI
Bogor (23/11/2022) – Taman Safari Indonesia (TSI) melalui unit Taman Safari Indonesia Bogor menggandeng perusahaan pengelolaan limbah dan bioteknologi PT Greenprosa Adikara Nusa (Greenprosa) untuk mengolah dan mendaur ulang sampah organik dan kotoran satwa. Kerja sama juga berfokus pada pembudidayaan maggot di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) yang difasilitasi oleh TSI Bogor. Komitmen ini diwujudkan secara simbolis melalui penandatanganan nota kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MoU) oleh Executive Director Taman Safari Indonesia Aswin Sumampau dan CEO Greenprosa Arky Gilang Wahab di Cafe Caravan TSI Bogor, Selasa (22/11/2022).

“Kami sangat mengapresiasi keinginan Greenprosa untuk mendaur ulang sampah organik dari pengunjung dan satwa di TSI Bogor. Mudah-mudahan kerja sama ini bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan target yang diinginkan, yakni menekan global warming dan mempertahankan TSI sebagai kawasan wisata hijau yang bersih dan zero-waste,” kata Aswin.

Aswin menjelaskan kerja sama dengan Greenprosa ini tidak hanya menyasar pada pendaurulangan sampah dari lingkungan TSI, melainkan juga menargetkan sampah organik domestik dari warga sekitar TSI.

Kerja Sama Taman Safari Bogor dengan PT Greenprosa Adikara Nusa (Greenprosa)

“Ini merupakan bentuk aksi tanggung jawab sosial kami untuk kawasan Cisarua. Mudah-mudahan eksistensi TSI ke depan benar-benar bisa fokus pada tujuan konservasi dan pelestarian alam, termasuk kepedulian terhadap sampah domestik,” terang Aswin.

Sementara itu, Arky menjelaskan ada dua produk yang akan dihasilkan dari program pendaurulangan sampah organik ini, yakni maggot yang bisa dijadikan pakan ternak dan pupuk organik hasil penguraian maggot. Produk akhir dari pengolahan sampah organik ini antara lain maggot basah, maggot kering, dan pupuk organik yang biasa disebut kasgot (bekas maggot).

“Ini adalah aksi nyata kami untuk menekan perubahan iklim, yakni tantangan naiknya gas metan. Seperti diketahui bahwa tingkah bahaya gas metan ini 20 sampai 25 kali lebih besar dari gas karbondioksida,” kata Arky. Arky mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah berhasil membantu sejumlah daerah untuk program pengolahan sampah organik, beberapa diantaranya adalah Banyumas dan sejumlah daerah di Jawa Tengah.

“Ke depan kami berharap tidak hanya sampah organik dari TSI saja yang bisa diolah. Kami juga menargetkan sampah-sampah organik dari warga sekitar yakni Cisarua bisa kami cover untuk didaur ulang menjadi produk baru dengan nilai ekonomi,” tandas Arky.
 
COMMENTS (0)
CAPTCHA Image
Play CAPTCHA Audio
Refresh Image
Please, type the capital of United Kingdom below to prove you are not a spambot?
*
* - Required fields
Top