Upaya konservasi ikan air hitam rawa oleh PCBA
IND  |  Mon - May 3, 2021 5:55 am  |  Article Hits:11465  |  A+ | a-
Parosphromenus deissneri
Parosphromenus deissneri
Indonesia adalah rumah bagi hutan rawa gambut terluas di dunia. Hutan ini tersebar luas di Sumatera dan Kalimantan. Tanah di  hutan ini merupakan tanah jenuh lembab yang disebut gambut. Lapisan tanah ini merupakan lapisan asam yang dihasilkan dari daun mati, kayu dan bahan organik lainnya yang tidak terurai sepenuhnya. Untuk membentuk hutan gambut yang stabil membutuhkan waktu ribuan tahun lamanya. Sayangnya, hal tersebut terancam oleh pembangunan dan dorongan ekonomi yang membuat banyak hutan rawa gambut di Indonesia berubah menjadi hutan produksi dan perkebunan monokultur, seperti perkebunan kelapa sawit.

Ancaman lain terhadap hutan ini datang dalam bentuk kebakaran hutan yang tak terkendali. Mengingat komposisi hutan gambut yang mengandung bahan organik dalam jumlah tinggi, kebakaran kecil dapat menjadi bencana yang besar. Api bisa tetap berada di bawah permukaan untuk jangka waktu yang lama, mengubah tanah subur menjadi gurun. Penyebab antropogenik yang tidak bertanggung jawab baru-baru ini hanya semakin memicu api dan mempercepat kerusakan lahan.

Sedangkan hutan lahan gambut berperan penting dalam siklus karbon. Banyaknya bahan organik yang terakumulasi di lapisan gambut memungkinkan hutan ini menyimpan karbon dalam jumlah yang signifikan. Setelah ditebang dan dimusnahkan, jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer meningkat. Hal ini mempercepat pemanasan global dan memicu perubahan iklim seperti yang kita alami saat ini. Selain berdampak secara global, hilangnya hutan rawa gambut juga berdampak langsung pada organisme di sekitarnya.

Di dalam hutan rawa gambut, terdapat ekosistem yang tak tertandingi yang tidak dapat dengan mudah diciptakan kembali. Selama musim hujan, lantai hutan tergenang air selama beberapa bulan. Air tetap ada bahkan selama musim kemarau, membentuk kolam dangkal jangka panjang dengan air tawar asam. Berdasarkan penampakannya, airnya berwarna kecoklatan akibat zat tanin yang keluar dari daun-daun mati dan bahan organik lainnya, termasuk gambut itu sendiri. Warna ini yang menjadi namanya, air hitam rawa (blackwater).

Air rawa memiliki komposisi yang unik. Air ini dibentuk oleh air hujan dengan kandungan mineral yang sangat sedikit sehingga konduktivitasnya sangat rendah. Air hitam rawa juga memiliki pH yang sangat rendah, sekitar 2,9 hingga 5,5. Hal ini juga menjadikan kolam air hitam rawa suatu ekosistem yang unik. Banyak organisme menjadikannya rumah mereka. Beberapa organisme tersebut adalah ikan Betta dan Parosphromenus asli. Karena kolam di satu area hutan mungkin memiliki ekosistem yang sama sekali berbeda dari yang ada di sekitarnya, mereka dapat memiliki spesies ikan yang berbeda. Sungai, bukit, atau aliran air tawar basal yang sedikit saja lebih besar dapat bertindak sebagai batas geografis yang menghalangi spesies untuk bertemu satu sama lain. Dalam beberapa kasus, spesies di satu sisi sungai sama sekali berbeda dari spesies di sisi lain.

Mengingat tingginya keunikan kolam di setiap kawasan, hilangnya habitat di satu kawasan seperti yang disebutkan di atas dapat secara permanen memusnahkan seluruh spesies ikan yang tersisa. Dengan pertimbangan tersebut, PCBA, dengan dukungan dari The Parosphromenus Project, berkomitmen untuk melestarikan spesies ikan air hitam rawa Indonesia yang terancam punah. Saat ini, PCBA memiliki ruang ikan berisi 75 aquarium dengan berbagai ukuran yang didedikasikan untuk pembiakan konservasi ikan tersebut. Saat ini, PCBA merawat beberapa spesies Parosphromenus dan Betta. Daftar prioritasnya meliputi:
1. P. ornaticauda
2. P. deissneri
3. P. bintan
4. P. sp Jambi / Tangkit
5. B. burdigala
6. B. rutilans
7. B. spilotogena
8. B. mandor
9. B. miniopinna

Ikan-ikan tersebut tergolong tergolong daftar Terancam Punah (EN) dan Kritis (CR). PCBA memperoleh individu pendiri dari kolam-kolam lokal yang sangat terancam di sekitar perkebunan kelapa sawit dan atau hutan industri. Berasal dari air yang sangat lembut dan asam di habitat aslinya, perlu waktu yang panjang untuk melakukan observasi agar dapat menciptakan lingkungan air yang sesuai. Menciptakan kembali habitat alami yang sempurna seperti di hutan rawa gambut merupakan tantangan yang tidak mudah. Hal ini juga membutuhkan dedikasi total untuk memastikan keberhasilan pembiakan ikan. Meski demikian, ketekunan tim menghasilkan perkembangan yang patut dipuji dalam konservasi spesies ikan. Di ruang ikan PCBA, populasi ikan telah berkembang pesat. Saat ini, sebagian besar spesies ini telah bertelur dan banyak bibit ikan yang telah berenang bebas dan mandiri.

Dalam tahap perencanaan upaya konservasi penangkaran ikan blackwater Indonesia, The Parosphromenus Project (PP) memainkan peran penting. Pada Mei 2020, Jochen Menner dari PCBA menghubungi PP untuk pertama kalinya dan menerima tanggapan yang ramah serta tawaran akan pengalaman dan keahlian dalam menyiapkan ruang ikan PCBA. Wentian Shi yang membalas email tersebut. Sejak saat itu, Wentian Shi dan seorang anggota PP lain, Yuhan Ji, menjadi perwakilan PP untuk memandu PCBA melalui perencanaan awal ruang ikan. Wentian Shi lah yang menyarankan ukuran tangki ikan dan spesies yang harus dipelihara. Beliau juga menawarkan bantuan dalam akuisisi individu pendiri.

Pada Desember 2020, PCBA memesan akuarium dari pengrajin lokal dengan ukuran yang telah direkomendasikan oleh PP. Beberapa ukuran disesuaikan setelah beberapa pertimbangan. Akuarium-akuarium tersebut kemudian dipasang di ruang ikan tidak lama setelah itu. Pada tahap ini, PCBA telah mempertimbangkan beberapa opsi terkait dengan penyaringan dan pasokan udara dan kemudian diputuskan bahwa sistem penyaringan akan menggunakan spons bertenaga udara sederhana. Penyesuaian parameter air seperti yang disebutkan di atas menyusul kemudian.

Betta miniopinna yang sedang menjaga sarangnya

Karena pembatasan COVID-19 yang diterapkan dalam undang-undang keimigrasian, rencana partisipasi Wentian Shi dan Yuhan Ji dalam persiapan awal harus dibatalkan. PCBA memperoleh ikan dari beberapa sumber lokal dan melanjutkan rencana pengembangbiakan konservasi tanpa kehadiran fisik PP. Namun, dukungan dalam pengetahuan dan keahlian dari Proyek Parosfromenus terus berlanjut.
 
Top