Bagi pecinta burung, Curik Bali atau Mynah Bali (Jalak Bali) adalah primadona. Setidaknya pada beberapa tahun silam. Kicauan yang khas ditambah dengan kecantikan warna bulunya, menjadi daya tarik tersendiri.
Tak heran, sekitar 8-10 tahun lalu, harga Curik Bali bisa mencapai angka puluhan juta Rupiah. Dengan makin banyaknya penggemar Curik Bali, maka perburuan pun kian gencar. Akibatnya, populasi Curik Bali mulai terancam. Bayangkan saja, dari populasi awal mencapai ratusan ekor, bisa turun drastis hingga belasan ekor saja. Kondisi ini terang saja sangat memperihatinkan.
Taman Safari Indonesia (TSI) tak tinggal diam. Proses penangkaran pun dimulai sejak tahun 2005. Di tahun 2007, Bali Safari & Marine Park (BSMP) sebagai bagian dari TSI berhasil melepasliarkan Curik Bali ke habitat aslinya sebanyak 48 ekor.
Dua tahun setelahnya, dilepas lagi sebanyak 32 ekor. Tahun 2010 dan 2013 ada 10 ekor Curik Bali yang dilepasliarkan. Pada 2015, lebih banyak lagi Curik Bali yang dilepasliarkan.
Dengan adanya pelepasliaran itulah, Curik Bali mampu berkembangbiak secara alami di habitat aslinya. Kini, jumlahnya tak lagi memperihatinkan, malahan bertambah seiring waktu berjalan. Selain itu, Taman Safari Indonesia juga turut mengampanyekan konservasi Curik Bali. Dengan harapan, masyarakat tersadar untuk tidak melakukan perburuan.
Hasilnya, perburuan berkurang drastis. Curik Bali bisa dikatakan berhasil diselamatkan dari ambang kepunahan. Taman Safari Indonesia pun rutin melakukan monitoring untuk menjaga populasi Curik Bali di habitat aslinya. (fjr)