Perjalanan Pendiri Taman Safari Indonesia dalam 'Tiga Macan Safari: Kisah Sirkus Ngamen Sebelum Permanen'
By editor
IND  |  Mon - December 16, 2019 3:13 am  |  Article Hits:11339  |  A+ | a-

Winnetnews.com -  Menggapai kesuksesan memang bukan jalan yang mudah. Setiap orang pasti memiliki proses mereka masing-masing. Perjalanan itu, juga sempat dilalui oleh pendiri Taman Safari Indonesia.

Melalui buku 'Tiga Macan Safari: Kisah Sirkus Ngamen Sebelum Permanen', perjuangan dan sepak terjang Hadi Manansang beserta ketiga putranya Jansen ManansangFrans Manansang, dan Tony Sumampau dalam membangun taman konservasi diceritakan. Buku tersebut secara resmi sudah diluncurkan oleh Gramedia Pustaka, pada Sabtu (14/12), bertempat di Aquarium Jakarta, Neo Soho, Jakarta Barat. 

Pemilihan judul dengan kata macan ini, terjadi karena dulu macan dijadikan sebagai kode nama mereka, yakni Macan 1, Macan 2, dan Macan 3. Selain itu, Macan diketahui juga sebagai singkatan dari nama belakang mereka, yaitu Manansang.

Taman Safari Indonesia berawal ketika Hadi Manansang mengajak ketiga anaknya untuk ngamem di alun-alun, lapangan, kelenteng, sekolah, hingga paguyuban Tionghoa. Atraksi dan bermain trisula (tombak bermata tiga), dilakukan oleh mereka pada tahun 1950-an. Sambil melakukan sirkus, mereka juga menjual obat koyok ramuan sendiri.

Sekitar tahun 1963 - 1964, Hadi membentuk Bintang Akrobat dan Gadis Plastik. Tiga tahun kemudian hadirlah Oriental Show yang berganti nama dengan Oriental Circus Indonesia pada 1972. Segala sesuatunya terkait pagelaran sirkus ini, disiapkan sendiri oleh Hadi dan anak-anaknya. Mulai dari pemain sirkus, melatih satwa, menjahit tenda, menyediakan konsumsi, mengangkat peralatan, serta mengurus perizinan. Berawal dari sirkus dan kecintaan Hadi kepada bintang lah, yang membuat Taman Safari Indonesia tercipta.

"Kecintaan orangtua saya kepada karyawan, sehingga menciptakan Safari Park sehingga karyawan bisa tetap bekerja dan satwanya bisa berkembang biak. Waktu pertama kali buka, sempat ditanya apakah akan berorientasi bisnis atau konservasi (perlindungan), dan orang tua saya menjawab dua-duanya. 50% bisnis, 50% lagi konservasi," ujar Jansen Manansang.

Ketiga bersaudara ini juga selalu kompak dalam menjaga Taman Safari Indonesia, hingga bisa seperti sekarang. Frans mengatakan kalau kekompakan mereka lahir karena orangtuanya selalu mengingatkan kalau mempunyai sirkus, maka satwa yang ada di sana harus dipensiunkan, dirawat, serta dikembang biakan. 

Adanya Taman Safari Indonesia juga tak lepas dari Ringling Brother Circus yang menjadi inspirasi keluarga Manansang ini melakukan atraksi sirkus. Di mana, mereka ingin membuat wadah seperti Winter Quarters milik Ringling Brother, yang mengembang biakan para satwa selama musim dingin untuk dilatih agar siap tampil kembali di musim yang akan datang.

"Membuat kita berpikir semua satwa akan berhenti saat musim hujan dan mulai berkembang biak, itu tujuan awal kami dalam mengembangkan sirkus," jelas Tony.

"Tapi Tuhan memilih jalan lain untuk kita semua. Waktu itu tangan saya tergigit harimau. Sejak itu, gereja mengirim kami ke Australia untuk berobat. Di sana, kami mengunjungi Safari. Mulai dari sana lah, orangtua berpikir kenapa kita tidak membangun taman safari di Indonesia," imbuhnya. 

Hingga akhirnya setelah 50 tahun berlalu, Taman Safari Indonesia telah berkembang membuat unit lain seperti Taman Safari Indonesia II di Prigen, Bali Safari & Marine Park di Gianyar, Batang Dolphin Center, serta Jakarta Aquarium. 

Buku kisah inspiratif keluarga Hadi Manansang dan ketiga anaknya dalam membangun Taman Safari Indonesia, telah dikisahkan dalam buku 'Tiga Macan Safari: Ngamen Sebelum Permanen'. Buku tersebut sudah bisa didapatkan di berbagai toko buku, baik offline maupun online. 

Artikel ini diambil dari Winnetnews.com 

COMMENTS (0)
CAPTCHA Image
Play CAPTCHA Audio
Refresh Image
Please, type the capital of United Kingdom below to prove you are not a spambot?
*
* - Required fields
Top