Manajemen Coca Cola Belajar Pengelolaan Limbah dan Sampah di IWM Taman Safari Bogor
By Editor Bogor II
bogorpromo  |  Tue - February 27, 2024 11:30 am  |  Article Hits:948  |  A+ | a-
Manajemen Coca-Cola Europacific Partners Indonesia berkunjung ke IWM Taman Safari Bogor. (*)
Manajemen Coca-Cola Europacific Partners Indonesia berkunjung ke IWM Taman Safari Bogor. (*)
BOGOR- Jajaran Manajemen Coca-Cola Europacific Partners Indonesia melakukan visitasi dan studi banding ke Integrated Waste Management (IWM) Taman Safari Bogor, Selasa (27/2/2024). Kunjungan ini dimaksudkan untuk melihat secara langsung bagaimana daur ulang sampah-sampah botol plastik diolah menjadi material serba guna.

“Kunjungan ini kami maksudkan untuk melihat secara langsung bagaimana sampah botol plastik diolah. Ke depan mungkin kami akan kaji kerja sama khusus terkait pengolahan sampah botol plastik khususnya produksi Coca Cola,” ungkap Public Affairs, Communication and Substainibility Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, Lucia Karina, di sela kunjungan ke IWM Taman Safari Bogor, Selasa (27/2/2024).

Lucia juga menekankan, pentingnya IWM bagi seluruh industri di Indonesia. Kehadiran IWM di Taman Safari Bogor, kata dia, harus disambut baik oleh semua elemen industri di Indonesia.

“Karena nanti 2030, TPA (Tempat Pembuangan Sampah) akan ditiadakan. Wacana ini tentu harus disikapi dengan baik oleh industri di Indonesia,” ungkapnya.


Selain meninjau IWM, Manajemen Coca-Cola Europacific Partners Indonesia juga menjajal olahan Maggot yang merupakan hasil produksi olahan limbah.

Seperti diketahui, IWM Taman Safari Bogor mampu menghasilkan maggot hingga seberat 500 kg per hari dari pengelolaan sampah makanan melalui sistem Integrated Waste Management (IWM).

Direktur Utama PT Greenprosa, Arky Gilang Wahab, mengungkapkan bahwa maggot atau Black Soldier Fly (BSF) yang dihasilkan itu dipasarkan dengan harga Rp35 ribu-Rp55 ribu/kg.

Greenprosa sebagai pengelola IWM di Taman Safari Bogor setiap harinya mengolah sampah sekitar 10 truk dengan berat rata-rata 1 ton/truk. Setiap 1 truk, sampah organiknya terdiri dari 40-50 persen untuk pengembangbiakan maggot.

"Kita anggap tertinggi 10 truk/hari, jadi 15 ton hasil maggotnya itu 10 persennya," ujar Arky.

Ia menerangkan proses pengembangbiakan maggot BSF tidak membutuhkan waktu lama, mulai dari menetas telur hingga bisa dipanen hanya membutuhkan waktu sekitar 14 hari.

"Dari baby larva umur 5 hari itu kita langsung berikan ke sampah organik untuk diurai. Dalam 1 hari, dia bisa 4 sampai 10 kali lipat dari berat badannya, dia urai sampah organik food waste dan food loss itu," ujarnya pula.

Maggot kering yang dihasilkan dari sampah sisa makanan ini mengandung manfaat, mulai dari pakan ternak hingga bahan dasar kosmetik. (Humas TSI Bogor/*)
COMMENTS (0)
CAPTCHA Image
Play CAPTCHA Audio
Refresh Image
Please, type the capital of United Kingdom below to prove you are not a spambot?
*
* - Required fields
Top