Keberhasilan Pengembangbiakan Komodo
By editor
IND  |  Sat - January 12, 2019 7:42 am  |  Article Hits:13288  |  A+ | a-
Tim Life Sciences memamerkan telur komodo
Tim Life Sciences memamerkan telur komodo
Indonesia merupakan negara mega biodiversity dengan kekayaan flora dan fauna sebagai warisan dunia. Tak sedikit pula di antaranya merupakan satwa endemik atau satwa yang keberadaannya hanya di Indonesia, salah satunya adalah komodo (varanus komodoensis). Satwa endemik asal Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini merupakan kadal purba raksasa yang telah ada sejak 40 juta tahun lalu.

Satwa yang juga merupakan salah satu koleksi lembaga konservasi Taman Safari Bogor ini dilindungi oleh Undang-Undang Konservasi No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa, serta Appendix I CITES.

Pada 17 Agustus 2016 lalu, komodo yang berada di exhibit Taman Safari Bogor, menetaskan 26 butir telur, hasil perkawinan indukan Rangga (jantan) dan Rinca (betina). Ini merupakan prestasi yang membanggakan bagi Taman Safari Indonesia. Telur-telur ini mulai menetas sebanyak 11 ekor pada Kamis, 2 Maret 2017 sekitar pukul 14.00 WIB. Kemudian bertambah menjadi 21 ekor.

Diperlukan kerja keras dan dedikasi tinggi dalam merawat dan mengembangbiakan komodo di Taman Safari Bogor. Sebab, ada perbedaan lingkungan Taman Safari Bogor dengan habitat asli komodo, seperti suhu, kelembaban, serta ketinggian.

Rencana pengembangbiakan komodo dimulai dari 5 tahun lalu. Tim khusus yang dibentuk untuk melaksanakan program breeding komodo ini merupakan bagian Life Sciences (LS) yang terdiri dari kurator, dokter hewan, bagian nutrisi, serta beberapa keeper reptil dan diketuai langsung oleh Direktur Konservasi, Drs. Jansen Manansang, Msc. Pertemuan rutin dilakukan untuk mendukung dan mengevaluasi sistem perawatan serta pemberian pakan khusus guna kesehatan indukan komodo yang dipersiapkan untuk program breeding.

Diawali dengan mengumpulkan referensi perawatan dan studi banding ke beberapa tempat, bahkan sampai ke Republik Ceko. Hal ini menghasilkan konsep, pemikiran, dan rencana kerja. Waktu dan dana yang sangat besar diinvestasikan untuk membangun exhibit yang modern, indah, dan sesuai dengan kebutuhan komodo.

Sebuah exhibit berukuran 20x18x12 m dibangun dengan fasilitas dan sistem yang canggih sehingga dapat berfungsi untuk memanipulasi lingkungan seperti di habibat aslinya. Exhibit ini membutuhkan 28.000 Watt untuk meningkatkan suhu dari 18°C menjadi 40°C, serta menurunkan kelembaban dari 99% menjadi 60%. Ini dilakukan agar metabolisme komodo dapat berjalan dengan baik.

Pada April 2016, dilakukan USG dan terlihat pertumbuhan folikel di ovarium (struktur selular bundar yang ditemukan dalam ovarium yang berisi telur), dan mulai Juni 2016 dilakukan penggabungan kedua komodo. Kemudian pada 21-22 Juli 2016, terjadi perkawinan. Hingga akhirnya, 17 Agustus 2016 lalu, Taman Safari Bogor mendapat kado hari kemerdekaan berupa 26 butir telur komodo dengan kualitas baik.

Proses panjang masih harus dilewati selama 6,5 bulan kemudian. Telur-telur tersebut ditempatkan di dalam inkubator dengan suhu dan kelembaban yang harus selalu stabil. Akhirnya pada 2 Maret 2017 pukul 14.00 WIB, segala usaha kerja keras dan doa berbuah manis, di mana 11 ekor komodo berhasil menetas. Kemudian bertambah menjadi 21 ekor. Setelah menetas, tim melakukan pembersihan, pengukuran dan penimbangan badan terhadap anakan komodo. Menetasnya komodo menjadi prestasi tersendiri bagi Taman Safari Indonesia di bidang konservasi, setelah sebelumnya berhasil mengembangbiakan berbagai jenis satwa langka endemik Indonesia lainnya. 
Top